Antara Rambut dan Isi Kepala

Rini An-Nisa Nur Fadzrin
2 min readAug 15, 2020

--

source image: bola.net

Katanya, kesehatan seseorang bisa dilihat dari rambutnya. Saya sebetulnya tidak paham, atau mungkin tidak mau setuju dengan pendapat tersebut. Dari dulu, rambut saya kering, rontok (tetapi tebal hehe) dan susah diatur. Tapi selama ini saya sehat dan baik-baik saja. Alhamdulillah.

Sampai akhirnya sakit dan harus minum obat yang salah satu efek sampingnya membuat rambut rontok dan menjadi tipis. Awalnya saya menganggapnya biasa karena sebelumnya rambut saya juga rontok. Tapi lama kelamaan, rontoknya benar-benar parah. Ketika sedang menyisir, bukan hanya rambut saya menjadi rapi tapi juga ikut-ikutan terbawa sisir. Ketika keramas, rambut saya ikut terbilas shampoo dan air. Bukan lima, enam helai tapi banyak sekali.

Dokumentasi pribadi (February 19, 2020)

Ketika di rumah, pekerjaan menyapu menjadi lebih rutin dari biasanya. Bukan karena banyak sampah, tapi rambut yang mengumpul dimana-mana. Kadang kalau ada tamu, saya juga malu. Makanya harus cepat-cepat disapu hehe.

Dokumentasi pribadi (February 4, 2020)

Meskipun memakai kerudung, tetapi tetap saja. Ada perasaan sedih ketika melihat rambut berjatuhan begitu saja. Ternyata memang benar, rambut adalah mahkota perempuan. Eh, sebentar. Apa benar begitu?

Mungkin salah satu hal yang membuat perempuan cantik dan menarik adalah rambutnya. Tetapi bagaimana dengan isi yang ada di kepala? Bukan hanya rambut yang menempel di kepala. Isi kepala seseorang menjelaskan pengetahuannya, seberapa baik ia berpikir dan mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, melihat sisi baik dan buruk yang memerlukan banyak pertimbangan.

Saya sekarang mengerti perasaan mereka yang menjalani kemoterapi. Efek dari kemo yang mereka lakukan membuat mereka harus ikhlas kehilangan mahkotanya. Tetapi kalau dilihat dari sudut pandang yang lain, mereka tidak pernah kehilangan isi yang ada di dalamnya. Karena yang terpenting adalah isi kepala, bukan rambut yang menempel di kepala.

Mahkota perempuan yang sesungguhnya menurut saya adalah keberaniannya, ketulusannya, dan keikhlasannya untuk menerima apapun baik pahit maupun manis yang membuatnya berdiri tegar sampai saat ini.

--

--

Rini An-Nisa Nur Fadzrin
Rini An-Nisa Nur Fadzrin

Written by Rini An-Nisa Nur Fadzrin

a passionate writer | ig: @annisanurfadzrin

No responses yet